Mengapa Budaya Antri Masih Sulit Di Jalani
Assalamualaikum..
Sore kemarin aku datang ke sebuah mini market dengan anak dan suami ku untuk membeli beberapa keperluan.
Suami memang nggak suka ngintil pas belanja jadi dia cuma nunggu di parkiran.
Dari kaca depan sudah terlihat meja kasir yang dikerubutin pembeli yang akan membayar belanjaannya.
Dalam hati berfikir "ah.. pasti bakal lama ini!!"
Tapi aku tetap cuek masuk ke dalam dan mengambil apa yang memang aku butuhkan.
Tak berapa lama aku jalan menuju meja kasir 2 yang kebetulan sudah kosong, hanya ada satu customer yang hendak membayar di kasir 1.
Anakku yang bagian membawa barang langsung meletakkannya di meja, aku berdiri tepat dibelakangnya sembari menunggu mas kasir siap melayani.
Tiba-tiba datang ibu-ibu dengan santainya menggeser barang ku yang ada dimeja, bukan hanya barangku saja tapi anakku pun di geser olehnya.
Langsung saja ku tegur ibu tersebut.
"Bu, antri napa! Udah tau itu ada anakku lagi ngantri juga, jangan digeser!" Tegurku pada ibu tersebut dengan nada sedikit jengkel.
Ibu itu menoleh ke belakang sambil senyum malu dia jawab
"Nggak mbak, aku cuma naruh barang di meja doang!" Tapi tetep cuek aja berdiri ditempat dia geser anak ku tadi.
Akhirnya mas kasir 1 langsung ngambil barang-barang ku dan di dahulukan. Padahal aku ngantrinya di kasir 2.
Tapi ya sudahlah mungkin dari pada memancing keributan.
Sebenarnya jengkel banget liat kelakuan yang seperti tadi, apa nggak bisa memberdayakan budaya antri?
Karena memang sering kali aku melihat fenomena yang seperti itu.
Seringnya emak-emak memang nggak sabaran dan Ingin di dahulukan tanpa peduli dia datang belakangan, kalau sudah ditegur sejuta alasan pun akan muncul, mulai dari kompor di rumah masih nyala sampai alasan anak dirumah lagi nangis.. OMG... Drama macam apa ini????
Nggak bisa kah kita bikin antrian sendiri berbaris rapi ke belakang? Karena tanpa aturan tertulis pun harusnya kita sudah memahami aturannya.
Wassalamu'alaikum..
4 komentar untuk "Mengapa Budaya Antri Masih Sulit Di Jalani"
Yang menyedihkan pelakunya justru banyak emak-emak.
Sebagai emak-emak idealis saya merasa dirugikan oleh citra buruk yang diciptakan orang-orang kayak gitu :(