Budaya Dan Tradisi Saat Nikahan Yang Ada di Lamongan

 


Keragaman suku dan bangsa yang ada di negara kita tercinta ini, membuat Indonesia sangat kaya dengan budaya dan tradisi yang sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu.


Begitu juga dengan kota Lamongan, sebuah kota kecil yang letaknya berada di sebelah utara pulau Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan kota Bojonegoro dan Tuban, di sebelah selatan berbatasan dengan kota Mojokerto dan Jombang, sebelah timur berbatasan dengan kota Gresik dan sebelah utara langsung mengarah ke laut Jawa.


Nah buat kalian yang belum pernah berkunjung ke Lamongan, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan budaya dan tradisi saat nikahan yang ada di Lamongan, Jadi kalau suatu hari berkunjung kesini sudah nggak kaget lagi ya.

 

Budaya dan tradisi saat nikahan yang ada di Lamongan

Tradisi orang Lamongan kalau akan menikahkan anaknya perlu ritual yang lumayan panjang ya teman, apalagi kalau nikahnya dengan orang yang tinggal satu desa. tahapannya antara lain:


1. Nakokno (menanyakan)

 tahapan awal ini dimulai dengan nakokno atau dalam bahasa Indonesia artinya menanyakan, menanyakan disini ialah salah satu anggota keluarga katakanlah pamannya si A diutus ke rumah si B untuk menanyakan mau atau tidak menikah dengan si A.


2. Njawabi (menjawab)

Setelah ditakokno (ditanyai) lalu anggota keluarga si B njawabi kepada keluarga si A tentang mau atau tidaknya, tentunya setelah rembugan dulu dengan anggota keluarga lainnya.


3. Ganjuran (Lamaran)

Kalian nggak usah heran ya, saat prosesi lamaran biasanya pihak perempuan duluan yang akan melamar pihak laki-laki. Kalau di Laamongan hal ini sudah lumrah ya, tapi memang jaman sekarang sudah banyak yang nggak menggunakan tradisi ini, tapi di beberapa tempat masih memegang adat istiadat biar nggak punah.




Saat lamaran jajanan yang wajib dibawa ialah

  • lemet terbuat dari tepung ketan yang dibungkus daun pisang, di bagian tengah berisi parutan kelapa muda dan gula, biasanya diberi warna hijau.
  • Katul (tetel) jajanan ini terbuat dari beras ketan dikukus bersama parutan kelapa muda dan garam,setelah matang lalu ditumbuk sampai halus dan dibentuk bundar pipih.
  • Wingko, jajanan yang satu ini sudah sering kita jumpai, terbuat dari parutan kelapa muda, gula pasir dan tepung ketan lalu dimasak dengan wajan teflon sampai matang.
  • Lalu ada buah pisang dan beberapa jajanan lainnya.

Ini tetel buatan saya sendiri
untuk dikonsumsi di rumah


4. Mbalikno ganjuran (mengembalikan lamaran)

Yang dimaksud mengembalikan lamaran disini ialah membalas lamaran, beberapa minggu setelah ganjuran biasanya ganti pihak yang di lamar akan mengembalikan lamaran,  jajanan yang dibawa juga sama dengan saat ganjuran kemarin.


5. Gelek dino (menentukan tanggal)

Saat menentukan tanggal pernikahan biasanya dicari tanggal baik antara perempuan dan laki-laki dengan cara menghitung weton lahir. Gelek dino kadang dilakukan saat mbalikno ganjuran atau setelahnya tergantung si pemilik hajat.


6. Repotan

Setelah menentukan tanggal baik, anggota keluarga akan mendaftarkan pernikahan ke petugas yang ada di desa. Nah sebulan sebelum tanggal pernikahan kedua calon pengantin ada sesi repotan ke KUA, disini pihak KUA akan mengajukan beberapa pertanyaan termasuk nikah atas dasar suka sama suka atau paksaan?


Cinjo


7. Cinjo

2 hari sebelum hari H, si empunya gawe biasanya akan mengirimkan nasi satu bakul kecil, lauknya lodeh daging, gula 1kg dan kerupuk sebungkus kepada seluruh warga kampung. Kalau desa saya jumlah rumahnya ada 700, jadi cinjonya juga ke 700 rumah ini plus ke rumah saudara yang berada di luar desa. Jadi tetangga juga saudara yang masih muda akan saling bantu mengirimkan cinjo ini sampai selesai.




8. Nyonjok

Sehari sebelum hari H pernikahan ada prosesi nyonjok, kalau si perempuan dibawa ke rumah laki-laki maka perwakilan keluarga si laki-laki ini akan nyonjok ke rumah si perempuan begitu juga sebaliknya, dengan membawa jajanan yang hampir mirip dengan saat lamaran dan jajanan kering seperti rengginang, gapitan, kembang goyang, blimbingan dll.


Selain itu seserahan yang wajib dibawa ialah satu ekor kambing hidup, tapi kalau keluarga si laki-laki ini kurang berada biasanya diganti dengan daging kambing sekitar kurang lebih 10kg.


9. Njujul manten (menjemput calon pengantin)

Saat hari H biasanya diadakan pesta pernikahan yang mengundang satu kampung juga kerabat yang ada diluar desa. Sebelum ijab kabul ada lagi prosesi njujul manten, yaitu kerabat mempelai pria menjemput rombongan mempelai wanita atau kebalikannya. Jadi sebelum dijujul rombongan mempelai nggak akan berangkat ke acara nikahan.


Setelah ijab kabul rombongan pengantin wanita akan pulang, lalu saat mendekati jam resepsi dimulai perwakilan kerabat pengantin pria akan menjujul (menjemput) lagi baru rombongan keluarga pengantin wanita akan berangkat menuju tempat resepsi.


10. Cinjo manten

Cinjo manten dilakukan sesaat setelah resepsi pernikahan selesai, si pengantin dan beberapa orang perwakilan keluarga mempelai wanita akan datang dengan membawa satu bakul besar nasi, beberapa lauk ada lodeh kutuk, kare ayam, lodeh tahu tempe, bali bandeng, mie goreng dll dalam jumlah besar. Ada juga beras 25kg atau lebih, pisang, kue basah berupa tetel, wingko, kucur (cucur), roti kukus dll. Juga ada kue kering rengginang, gapit, kembang goyang, blimbingan dll.




Selain ke rumah mempelai wanita, cinjo manten ini juga dilakukan kepada keluarga besar mempelai wanita termasuk kakek nenek, paman bibi, sepupu, pak dhe bu dhe dll yang jumlahnya bisa mencapai 50 orang lebih tergantung banyaknya saudara yang dimiliki. Tapi cinjonya nggak sama dengan si  pemilik rumah hanya dalam jumlah kecil saja.


11. Ngirim dudo susu (kirim air susu)

Ngirim dudo susu biasanya dilakukan keesokan harinya, beberapa orang perwakilan keluarga pengantin wanita datang ke rumah mempelai pria dengan membawa nasi, lauk dll yang nggak boleh ketinggalan ialah kolak pisang yang dijadikan perlambang air susu ibu. Tapi sekarang sudah jarang sekali yang melakukan tradisi ini dan digabung saat cinjo manten.


12. Sepasaran.

Dalam budaya Jawa kita mengenal istilah tanggalan Jawa yang perhitungannya beda dengan kalender umum, dalam hitungan Jawa tiap 5 hari disebut sepasar yang isinya wage, kliwon, legi, pahing, pon dan saat kembali ke wage lagi itu sudah bisa disebut sepasar.


Nah setelah sepasaran dari hari H ijab kabul kedua belah pihak keluarga akan membuat slametan, kalau slametannya ya sudah seperti slametan pada umumnya.


13. Besanan

Ritual terakhir dalam prosesi nikahan disini ialah besanan. Besanan dilakukan setelah sepasaran, harinya bebas tapi biasanya tak kurang dari sebulan setalah pernikahan. Jajanan yang dibawa sama seperti saat cinjo penganten. Saat beramah tamah pesan yang biasanya disampaikan kepada besan ialah titip anak saya, tolong dinasehati, kalau ada kesalahan tolong dibimbing dll.


lalu beberapa hari kemudian giliran datang kerumah besan satunya untuk membalas besanan, seserahan yang dibawa juga sama persisi

 

Dan itulah Budaya dan tradisi saat nikahan yang ada di lamongan. Terkesan ribet sekali ya, tapi Alhamdulillah disini kesan kekeluargaannya masih kental jadi tetangga juga saudara akan saling tolong menolong sampai acara selesai.


tapi memang nggak semua tempat di Lamongan menerapkan tradisi seperti ini, saya hanya menuliskan sebagian besar yang masih menjunjung adat istiadat. Nah teman, tradisi saat nikahan di tempat kalian bagaimana? Share yuk di kolom komentar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fionaz
Fionaz Hanya manusia biasa yang berusaha jadi bermanfaat untuk sesama. Seorang freelance writer dan blogger, untuk kerja sama bisa dihubungi melalui email: fionazisza03@gmail.com

Posting Komentar untuk "Budaya Dan Tradisi Saat Nikahan Yang Ada di Lamongan"