Menghadiri Hajatan di Malang Selatan, Bikin De Ja Vu Saat Hajatan di Lalan

 

Menghadiri Hajatan di Malang Selatan, Bikin De Ja Vu Saat Hajatan di Lalan - Siang itu ada teman yang sekaligus saudara datang ke rumah bersama istri dan kedua anaknya yang cantik, mereka datang dengan maksud mengundang kami sekeluarga ke acara nikahan adiknya yang tinggal di daerah Malang Selatan. Mereka bilang rumahnya hampir dekat dengan pantai Bale Kambang. Tentu saja saya sangat antusias menyambut undangan hajatan tersebut soalnya bisa sekalian untuk jalan-jalan.


Tanggal 26 Maret, sekitar jam 7 pagi kami berangkat dari rumah. Sebelumnya kami memang sempat merencanakan untuk mendatangi wisata terdekat dari lokasi hajatan, tapi belum jelas tujuannya kemana, jujur saat berangkat ke Malang kemaren badan dan pikiran saya cukup capek karena dua hari sebelumnya di rumah ada acara syukuran rumah baru kakak saya yang letaknya di belakang rumah tentu saja masaknya di rumah saya. Jadi saat berangkat sebenarnya saya agak kurang semangat karena badan kurang istirahat.


Dari Lamongan kami menempuh perjalanan sekitar 5 jam, dan tepat jam 12 siang kami sampai di tujuan dengan lancar. Lokasi desanya masih hijau dan asri, di sekitar rumah masih banyak kebun kelapa, kebun tebu, kebun sengon, dll. Jalanan nya juga meliuk-liuk dan naik turun menjadi pemandangan yang menarik buat saya, maklumlah Lamongan berada di dataran rendah yang kontur tanahnya rata, jadi saat melihat hal berbeda dari biasanya saya auto girang.


De Ja Vu Saat Hajatan di Lalan Sumatera Selatan

Sampai di lokasi hajatan, petugas parkir mengarahkan kami untuk parkir di depan toko kelontong yang sedang tutup, sebelum masuk ke lokasi hajatan kamipun minta ijin untuk ke kamar mandi si pemilik toko lalu kami diarahkan untuk pergi lewat samping rumah.


Pohon jeruk lemon


Mata saya lalu fokus pada pohon jeruk lemon yang tumbuh dengan subur, daunnya lebar, dan buahnya juga banyak dengan ukuran yang bulat dan besar. harusnya saya nggak perlu heran soalnya Malang terkenal dengan hawanya yang sejuk dan penghasil buah dan sayur yang segar. Tapi karena saya tinggal di dataran rendah yang panas, dan jarang melihat buah lemon besar-besar di pohon seperti ini jadi maklumlah kalau saya agak norak. Hihi..

 

Hajatan Kental dengan Tradisi yang Selalu Dilestarikan

Dari luar terlihat tenda yang seperti ada pada umumnya, saat masuk ke dalam ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu setengah baya menyalami kami disambut dengan senyum yang ramah. Kami pun duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan, di meja terhidang banyak makanan ringan mulai dari kue kering seperti bolu klembem, rengginang, dll. Ada juga aneka kue basah seperti cake roll, roti pisang, pukis, tetel, agar-agar, pisang goreng, dll.


Di sebelah utara ada panggung electone yang belum di mulai, pelaminannya berada di sebelah barat menghadap arah utara, mata saya serius mengamati perabot dapur lengkap, dan satu tandan pisang dengan ukurannya lumayan besar yang ada di samping pelaminan di sisi pintu masuk tadi.


Tradisi nikahan di Malang


Katanya perabot dapur ini harus selalu ada di setiap acara hajatan nikahan. Isinya pun lumayan lengkap mulai dari bakul, centong, spatula, centong sayur, saringan, dll yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu, batok, dan bambu. Ada juga yang terbuat dari plastik tapi nggak banyak, mungkin hanya sebagai pelengkap saja.

 

Beberapa waktu kemudian acara temu manten akan dilakukan, di pintu masuk tenda diletakkan semacam bambu yang dipasang pada sapi agar berpasangan, nantinya pengantin akan melangkahi bambu tersebut dengan maksud agar pengantin ini selalu berpasangan seumur hidup.

 

Ruang Makan Bikin Kenyang

Setelah menikmati kue-kue yang ada di meja, kami lalu dipersilahkan untuk makan di ruangan yang sudah disediakan. Ruang makan ini benar-benar membuat saya de ja vu saat menghadiri acara hajatan saudara yang ada di Lalan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan karena konsepnya memang sama persis.


Di meja prasmanan sudah tersedia dua menu, di sebelah barat ada meja dengan menu bakso dengan kuah terpisah, dan di sebelah utara ada meja yang tersedia nasi, piring berisi daging empal bertabur bawang goreng, kecambah, kerupuk dan kuah rawon. Setelah mengambil makanan kita bisa makan sambil duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan.


Di belakang ruang makan terdapat dapur umum, ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang masak bersama disertai dengan obrolan-obrolan khas rewang hajatan. Saya melihat di sebelah dapur ada kertas berisi daftar panitia hajatan.


Struktur panitia hajatan


Hal yang sama juga saya temui saat di Lalan, sebelum hajatan tetangga dan saudara berkumpul membentuk panitia gunanya untuk membagi tugas siapa yang bertugas di tempat parkir, masak, terima tamu, dan sebagainya. Dan setelah selesai hajatan lalu diadakan rapat lagi untuk membahas LPJ hajatan tersebut.


Seje Deso Seje Coro

Selesai makan kami kembali ke meja yang sebelumnya, sambil lewat depan pelaminan saya sempat melihat ada kakak-kakak dan bapak-bapak yang duduk di meja sambil menulis di buku, di sampingnya terdapat kotak berukuran sedang. Ternyata kakak-kakak ini bertugas menulis nama dan isi di amplop tersebut.


Nah inilah uniknya Indonesiaku, banyak hal tak terduga yang bisa kita jumpai di lain tempat, seperti yang biasa diucapkan dalam pepatah Jawa “seje deso seje coro” maksudnya desa yang berbeda maka tradisinya juga berbeda pula. Kalau di tempat tinggal saya biasanya yang menulis nama dan menghitung isi amplop ini hanya orang-orang terdekat dan itupun dilakukan setelah acara hajatan selesai.


Setelah selesai makan, nggak lama kami pun pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Bale Kambang yang jaraknya sekitar 7,5KM (perjalanan ke Pantai Bale Kambang akan saya tulis terpisah ya teman). 


Sayangnya, sampai kami pulang prosesi temu manten belum juga dilakukan karena pengantin wanita masih ganti kostum, padahal pengantin pria sudah menunggu di depan tenda. 


Tapi ya sudahlah, kami memang belum bisa melihat prosesi ini secara langsung, mungkin lain kali kami bisa melihat tradisi lainnya di tempat yang berbeda. Atau mungkin ini tandanya saya harus lebih banyak traveling, biar bisa melihat secara langsung adat dan budaya yang ada di negara kita tercinta. Amin kan saja ya.

 


Fionaz
Fionaz Hanya manusia biasa yang berusaha jadi bermanfaat untuk sesama. Seorang freelance writer dan blogger, untuk kerja sama bisa dihubungi melalui email: fionazisza03@gmail.com

Posting Komentar untuk "Menghadiri Hajatan di Malang Selatan, Bikin De Ja Vu Saat Hajatan di Lalan"