Bersama Bergerak Berdaya, Pulihkan Bumi Lebih Kuat



Bersama bergerak berdaya, pulihkan bumi lebih kuat - Semakin kesini semakin mudah kita temui beberapa kasus dari berbagai jenis satwa yang muncul di lokasi-lokasi yang tidak seharusnya. Ya, tidak bisa dipungkiri adanya media sosial memudahkan kita dalam mengakses informasi termasuk saling membagikan informasi terbaru baik lewat tulisan, foto, bahkan video.

Seperti waktu lalu saya beberapa kali melihat video kawanan gajah yang masuk dan bahkan merusak kebun sawit dan juga pemukiman warga. Pada kasus lainnya sering kita lihat ular dengan ukuran besar ada di kawasan pemukiman warga, mereka tinggal dan berkembang biak di dalam rumah seperti plafon, gudang, atau tempat-tempat lembab dan gelap lainnya.

Melihat kerusakan yang ditimbulkan kita memang harus waspada, tapi pernahkah kita berfikir apa yang menjadi penyebab para satwa sampai masuk ke kebun dan pemukiman warga? Hal yang mendasari kawanan satwa sampai masuk ke pemukiman ini justru karena manusia lah yang mengambil wilayah hidup para satwa.

Di sebuah VT dr. Afni Zulkifli dengan tegas menjelaskan kepada warga yang lahannya di rusak oleh gajah, dalam penjelasannya beliau mengatakan bahwa bukan gajah yang masuk ke wilayah warga tapi malah desa dan kebun warga yang masuk ke wilayah tinggal para gajah. Gajah memiliki jalur lintasan yang sudah dilaluinya sejak puluhan tahun lamanya, kemudian manusia membangun pemukiman dan lahan sawit di wilayah tersebut, ketika gajah kembali melewati jalur tersebut mereka tidak bisa mengenali wilayahnya. Jadi jangan heran kalau para satwa ini akhirnya merusak apa yang ada di jalur lintasannya tersebut.


Perubahan Iklim yang Makin Mengancam Bumi

Berbicara tentang lingkungan hidup seperti ini, tak bisa dipisahkan dengan perubahan iklim yang kita rasakan makin memanas dari hari ke hari. Dampak emisi karbon yang dihasilkan dari polusi udara tak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor penyebab gelombang panas, seperti yang baru-baru ini terjadi, gelombang panas atau “Heatwave”  tahun ini sedang melanda benua Asia, salah satu negara yang terdampak yaitu India. Tercatat suhu di India mencapai 115 derajat Fahrenheit atau sekitar 46,1 derajat Celcius. Dalam 30 tahun terakhir, gelombang panas di India terus meningkat menurut study dari Met Departemen dalam United Nations Office for Disaster Risk Reduction. Diikuti dari CNN, gelombang panas ini juga telah menewaskan lebih dari 24 ribu orang selama periode tersebut. (dikutip dari laman Detik.com)

Sedangkan yang saya rasakan sendiri justru banjir yang belum bisa ditangani dengan baik ketika musim hujan tiba, bahkan biarpun sudah masuk musim kemarau seperti sekarang ini debit air masih tinggi. Banjir tahunan yang melanda daerah sekitar tempat tinggal saya berdampak pada pergeseran musim dan juga gagalnya panen warga. 

Kalau dulu umumnya petani memulai musim tanam padi pada bulan Mei-Juni dan memanen padi sekitaran bulan Agustus sampai awal September, tapi beberapa tahun belakangan petani baru bisa memulai tanam padi pada bulan Oktober karena debit air di kali masih tinggi. Lalu dampaknya, hasil panen menyusut karena tanaman padi diserang hama. Dan belum kelar padi dipanen, musim hujan sudah menyapa. Batang padi yang sudah menguning akhirnya roboh karena tak kuat menahan air hujan. Petani jadi sedikit kesulitan saat melakukan proses panen. Kalau tak segera dipanen pun dikhawatirkan tanaman padi bakal terendam karena debit air semakin tinggi. Sungguh dilema yang harus dihadapi para petani.


Selamatkan Bumi, Mulai dari Hal Kecil yang Berdampak Besar

Dari beberapa kasus yang sudah kita bahas, perlu adanya kesadaran kita untuk lebih menjaga alam sekitar. Dampak emisi karbon pada perubahan iklim terhadap lingkungan diantaranya bersumber dari kebakaran hutan, pembalakan liar, asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, dan juga polusi dari pabrik, dan masih banyak lagi faktor pendukung lainnya.

Langkah yang bisa kita tempuh untuk meminimalisir dampak yang berkelanjutan, bisa kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kita bisa mulai langkah kecil tapi berdampak besar seperti mulai menanam tanaman hijau di sekitar tempat tinggal. Selain mempercantik rumah, tumbuhan hijau juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan dan hewan karena penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida.

Selain menanam tumbuhan hijau, tindakan yang sudah saya mulai yaitu memilah sampah agar menjadi lebih bermanfaat. Sampah basah yang dihasilkan dari dapur dan juga sampah dedaunan diubah menjadi kompos untuk mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman. Lalu sampah kering seperti kertas dan plastik saya jual ke pengepul barang bekas agar bernilai ekonomis. Kalau pengolahan sampah sudah tepat, maka tak perlu lagi ada kegiatan membakar sampah yang menyumbang polusi udara.

Saya pun sudah mulai mengurangi penggunaan kantong plastik, jadi saat belanja saya selalu membawa tas belanja atau tas kain yang praktis dibawa kemana-mana. Berikutnya, sebisa mungkin menghindari penggunaan sedotan plastik, kita bisa mengganti penggunaan sedotan plastik ini dengan sedotan stainless yang bisa digunakan untuk jangka panjang. Kemudian, hal kecil yang sering terabai ialah mencabut peralatan listrik ketika sudah tidak digunakan. Langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten seperti ini harapannya mampu membuat bumi berdaya dan pulih lebih kuat. 

Untuk kedepannya, saya ingin punya kesempatan untuk menjaga bumi lebih baik lagi. Untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim dan juga untuk menjaga habitat para satwa, saya ingin punya kesempatan #BersamaBergerakBerdaya menanam 10.000 pohon agar bumi kembali hijau, semua ini harus segera dilakukan #UntukmuBumiku dan juga untuk semua makhluk hidup yang ada di bumi. 

Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!


Fionaz
Fionaz Hanya manusia biasa yang berusaha jadi bermanfaat untuk sesama. Seorang freelance writer dan blogger, untuk kerja sama bisa dihubungi melalui email: fionazisza03@gmail.com

7 komentar untuk "Bersama Bergerak Berdaya, Pulihkan Bumi Lebih Kuat "

Comment Author Avatar
Saya pernah dengar penjelasan ahlinya
Bahwa manusialah yang harus diselamatkan, bukan bumi
Bumi akan mencari keseimbangannya sendiri
Kalo manusia beruntung, dia bisa tetap hidup
Comment Author Avatar
Ternyata perubahan iklim yang kita rasakan saat ini dampak terbesarnya adalah dari manusia sendiri. Kemudahan yang ada saat ini adalah salah satu konsekuensinya. Semoga dengan Bersama Bergerak Berdaya dengan melakukan hal-hal kecil dan menjadi sebuah kebiasaan baik seperti hemat listrik, hemat air dan terbiasa dengan gaya hidup sustainable lifestyle, kita semua bisa tetap mewariskan bumi yang indah untuk anak cucu cicit kita kelak.
Comment Author Avatar
Sayapun berpikir demikian Mbak. Merangseknya sekawan binatang ke rumah atau lingkungan perumahan salah satu penyebabnya adalah kurangnya sumber makanan yang bisa mereka dapatkan dari habitat yang lama. Dari titik ini kita seharusnya mulai berpikir dan mengatur rencana agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Mulai menata banyak hal agar lingkungan tidak tercemar dan alam bisa terus lestari tanpa kekurangan apapun.
Comment Author Avatar
Banyak hal yang bisa kita lakukan agar bumi ini kembali lestari ya.
Kontribusi kita diperlukan, karena bumi sebagai tempat tinggal kita
Comment Author Avatar
Seringkali kita berpikir besar untuk bisa membuat perubahan besar, padahal banyak hal kecil yang bisa dilakukan. Meskipun terkesan kecil dan sederhana, saat dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan ternyata bisa berbuah hal besar
Comment Author Avatar
Sebisa mungkin aku membatasi penggunaan ponsel buat anak-anak juga sih, buat mengurangi radiasi dan panas bumi yang makin meningkat karena penggunaan ponsel berlebihan. Lebih sering jalan di luar, bermain, berkegiatan, selain lebih sehat juga nambah pengalaman.
Comment Author Avatar
Harus bersama bergerak agar apa yg dicitakan terhadap bumi ini bisa tercapai,krn kl hanya 1 orang yg bergerak dlm menjaga bumi tentu saja percuma ya kak