Mari Menikmati Masa Remaja di Usia 30an

 

traveling

Mari Menikmati Masa Remaja di Usia 30an. Tren di Tiktok nggak pernah ada habisnya, silih berganti setiap waktu. Belum lama ada tren ini, besok udah ada lagi tren baru yang nggak kalah bagusnya. Dan tren yang sedang menarik perhatian saya kali ini ialah "Mari Menikmati Masa Remaja di usia 30an".

Pertama kali melihat VT dengan tren ini, saya langsung tertarik. Saya merasa sefrekuensi dengan apa yang mereka lakukan dan rasakan. Di usia 30an merasa baru bisa menikmati hidup yang sesungguhnya, saya bisa melanjutkan apa yang dulunya saya anggap hobi dan malah sekarang ini bisa menjadi ladang cuan. 

Kalau selama ini diri sering menganggap telat melakukan ini dan itu karena berbagai faktor, ternyata anggapan itu nggak sepenuhnya benar. Nggak ada istilah terlambat, karena kita tetap bisa melakukannya di lain waktu bahkan dengan kesempatan yang lebih indah.


Tak Ada Istilah Terlambat, Nikmati Masa Remajamu Kapanpun

Dari banyaknya VT yang bersliweran, rerata memang banyak yang merasakan saat muda kurang bisa menikmati masa remaja di usia belasan hingga 20an karena berbagai faktor. Ada yang cerita harus kerja keras sejak dini untuk kebutuhan keluarga, ada yang menikah di usia muda, ada yang nggak punya kesempatan kuliah, nggak bisa traveling, dan masih banyak lagi.

Jadi kalau kamu merasa dulu belum kesampaian ini dan itu, sudahi galaumu. Yuk mulai menikmati apa yang dulu belum pernah kita rasakan, biarpun untuk hal remeh semacam beli dan makan es krim, toh di usia segini kita udah bisa beli sendiri dengan uang hasil keringat sendiri kan. 

Yakin deh, kamu juga pantas memberikan reward untuk diri kamu sendiri atas apapun pencapaian mu sekarang ini. 


Kamu Udah Kuat Sejauh Ini, Yuk Lebih Kuat Lagi! 

Nggak pernah ada kata terlambat atas apapun, semua terjadi atas garis takdir tapi kalau kita mau merenung sejenak mencari titik hikmahnya, kita bakal bersyukur atas apa yang sudah dilalui. 

Sedikit bergeser ke kabar yang sedang ramai juga, tentang mahasiswi UNNES yang melakukan suicid dengan lompat dari lantai lantai 4 mall Paragon, Semarang. 

Kalau melihat di media sosial, sebenarnya banyak generasi muda yang mengeluh tentang mental health. Beberapa generasi muda merasa terlalu banyak tekanan dari berbagai faktor, ada yang tumbuh dengan orang tua yang punya ekspektasi tinggi terhadap masa depan anaknya, sampai-sampai si anak merasa mendapat tekanan yang besar. 

Sebagai orang tua, jujur saya juga ingin nantinya anak-anak bisa menjadi seorang yang besar. Tapi tentunya sebagai orang tua, kita juga harus memahami tingkat kemampuan anak kita sampai dimana. Dan sebisa mungkin tidak memaksakan melebihi kemampuan anak itu sendiri, karena setiap anak dibekali dengan kemampuannya masing-masing. 

Tekanan-tekanan lain yang juga dialami oleh anak juga bisa terjadi dari lingkungan sekolah, pergaulan dengan teman, dan bahkan dari sosial media juga. Miris memang, tapi sebagai orang tua kita bisa memberikan bekal ilmu agama, dan juga memberikan pemahaman tentang dunia yang lebih luas agar anak terhindari dari bully-membully, dan juga terhindari rasa putus asa hingga punya pikiran untuk mengakhiri hidup. 


Menikmati Masa Remaja di Usia 30an

Hidup ini indah teman, ya biarpun kadang juga bertemu dengan masalah hidup yang bikin terbentur dan tersungkur. Tapi kalau kita bisa kuat sampai sejauh ini, kenapa kita nggak mencoba lebih kuat lagi untuk kedepannya. 

Kalau merasa beban di punggung terasa begitu berat, keluar sebentar melihat hijaunya pepohonan sambil menghirup udara segar, isi paru-paru dengan energi positif dan lepaskan beban. Nggak mudah memang, berat sudah pasti, tapi kita kuat kok. 

Spirit ini juga saya dapatkan dari teh Okti, begitu saya biasa memanggilnya. Beliau seorang blogger Cianjur yang sudah sering traveling dari usia remaja, jadi saat masuk usia 30+ beliau merasa tinggal menikmati hidup. 

Kalau merasa dulu nggak sempat merasakan ini dan itu, di usia 30an ini yuk angkat ranselmu untuk traveling melihat dunia yang lebih luas, nggak usah ragu untuk melanjutkan hobimu yang sempat tertunda, kamu juga layak bahagia. 

Ada satu VT yang saya setujui, saat seorang ibu yang kembali melanjutkan hobi mendaki gunung, disitu banyak orang-orang terdekat yang komentar seolah dia bukan ibu yang baik karena meninggalkan anak-anak sedangkan dia pergi mendaki gunung tanpa mengajak keluarga. 

Sedangkan anak-anak aman ditinggal beberapa hari bersama ayahnya, semua kebutuhan sudah dihandle selama ditinggal, dan suami juga mengijinkan istrinya mendaki gunung. Jadi Apa yang salah? Dimana letak salahnya? 

Saya pun merasakan hal yang sama, ya biarpun hanya skala kecil. Saya kadang ikut event di luar kota dan meninggalkan anak seharian, menurut saya nggak ada yang salah, toh saya perginya jelas kemana, dan anak juga aman di rumah bersama ayahnya atau kalau ayahnya sedang kerja, dia aman bersama keluarga saya lainnya. 

Jadi mulai sekarang, stop terlalu memikirkan perkataan orang lain. Mulailah fokus dengan apa yang buat kita bahagia selama itu positif dan nggak merugikan orang lain.

Fionaz
Fionaz Hanya manusia biasa yang berusaha jadi bermanfaat untuk sesama. Seorang freelance writer dan blogger, untuk kerja sama bisa dihubungi melalui email: fionazisza03@gmail.com

Posting Komentar untuk "Mari Menikmati Masa Remaja di Usia 30an"