Gerakan Tutup Pintu Saat Lebaran Yuk Terapkan


Tentang Gerakan Tutup Pintu saat lebaran, kalau ditanya apa saya setuju? Jujur saya sangat setuju, bukan karena nggak mau didatangi atau berkunjung ke sanak, saudara atau tetangga yang sudah jadi tradisi dari jaman dahulu.

Bahkan euforia lebaran akan sangat terasa saat kita saling berkunjung dan saling bersalaman sambil meminta maaf atas segala salah kita di waktu-waktu sebelumnya. Makin lengkap dengan suguhan kue-kue khas lebaran yang selalu ada di setiap rumah. Juga tingkah anak-anak yang riang memakai baju baru, kadang bertingkah malu-malu, bahkan kadang nggak mau untuk bersalaman tapi berubah bersemangat saat mendapatkan angpao lebaran.

Wacana pemerintah daerah memberlakukan gerakan tutup pintu lebaran 2020 ini, sangat disambut baik juga oleh warga masyarakat demi berkurangnya penyebaran virus yang masih mengancam dan bisa saja penyebarannya akan makin meluas jika kita bersalaman.

Ibu dan saudara saya yang kerja di Surabaya tiap lebaran selalu pulang, kami bersama-sama berkumpul menikmati hari-hari terakhir Ramadhan, malam takbiran terasa lengkap dengan kehadiran mereka sebagai perwakilan kakak saya yang di Cilacap. Setiap lebaran kami bersama unjung-unjung kerumah sanak saudara.

Pagi-pagi sekali kami sudah dibuat sibuk membangunkan anak-anak satu persatu karena harus bergantian kamar mandi. Selanjutnya kami sama-sama sholat ied di masjid. Kalau mengingat semua itu rasanya memang nggak rela tradisi ini harus ditiadakan tahun ini untuk mendukung gerakan tutup pintu saat idul fitri.

Tapi semua kembali lagi pada kesadaran masing-masing, mari kita sadar kalau bumi kita belum sehat, wabah ini masih mengintai kita. Saat kita keluar rumah, dan bertemu seseorang kita nggak pernah tau orang tersebut habis bertemu siapa atau menyentuh apa. Bukannya kita jadi berprasangka buruk, tapi virus ini tak kasat mata dan hanya bisa menerka apa kebersihan sudah terjaga.

Tapi kita juga jangan terlalu larut dalam kesedihan, saat berlangsungnya gerakan tutup pintu saat lebaran ini kita masih bisa memanfaatkan tekhnologi untuk saling bersilaturahmi dan saling mengucap maaf. Kita masih bisa telpon, video call,  atau memanfaatkan aplikasi lainnya seperti Zoom atau Skype. Jadi jarak bukan hambatan untuk saling bermaafan kan.

Akhirnya kita memang harus bisa menerima dan menjalankan hasil musyawarah antara takmir masjid bersama pemerintah desa Pucangro, dengan poin-poin sebagai berikut;

  1. Meniadakan takbir keliling
  2. Tidak memperbolehkan ibu-ibu dan anak-anak untuk ikut jamaah sholat idul fitri
  3. Meniadakan musyafakhah/ bersalam-salaman
  4. Melarang untuk berkunjung /lahir batin ke tetangga apalagi keluar desa.


Kita nggak mau virus Corona ini makin nyaman di negara kita kan? Kita nggak mau kan desa atau tempat tinggal kita di cap zona merah hingga warganya tidak diperbolehkan masuk ke desa tetangga. Jadi mari kita mendukung dan melaksanakan Gerakan Tutup Pintu saat lebaran ini, demi agar bumi segera pulih dan sehat.

Fionaz
Fionaz Hanya manusia biasa yang berusaha jadi bermanfaat untuk sesama. Seorang freelance writer dan blogger, untuk kerja sama bisa dihubungi melalui email: fionazisza03@gmail.com

2 komentar untuk "Gerakan Tutup Pintu Saat Lebaran Yuk Terapkan"

Comment Author Avatar
Rencana saya juga seperti itu
Untuk tahun inti, tidak salat id
Dan pagar rumah mau saya kunci rapat
Comment Author Avatar
Iya bang, ternyata setelah serangkaian rapat akhirnya keputusan terakhir sholat ied ied ditiadakan.
Semoga semua membawa kebaikan.